Tepat pada 17 Juli 2025, Saka Bakti Husada (SBH) genap berusia 40 tahun. Sebuah usia yang tidak lagi muda bagi satuan karya di lingkungan Gerakan Pramuka ini, yang sejak awal berdirinya ditujukan sebagai wadah pembinaan generasi muda agar mampu menjadi pelopor hidup bersih dan sehat, serta agen perubahan di bidang kesehatan. Selama empat dekade, SBH telah menjalankan banyak peran penting, mulai dari penyuluhan kesehatan, promosi gizi seimbang, hingga keterlibatan dalam penanggulangan penyakit dan bencana. Tak terhitung jumlah anggota muda yang pernah bergabung dan membawa semangat “Darma Bakti” ke tengah masyarakat.
Namun dalam perjalanannya, SBH juga menghadapi dinamika yang tidak ringan. Banyak pangkalan SBH yang mati suri, regenerasi kepemimpinan yang tidak mulus, lemahnya dukungan struktural dari mitra strategis, hingga belum optimalnya integrasi SBH dalam program nasional kesehatan. Semua ini menjadi cermin bahwa 40 tahun bukan hanya saat untuk merayakan, tetapi juga merenung dan menata langkah ke depan.
Cita-Cita Besar yang Belum Tuntas
SBH tidak hanya ingin membentuk kader kesehatan remaja.
Cita-cita SBH lebih jauh: mencetak pemimpin masa depan di bidang kesehatan, pemimpin
yang bukan hanya menguasai teori, tetapi berpengalaman membumikan nilai-nilai
promotif dan preventif di tengah masyarakat. Pemimpin yang mampu bekerja lintas
sektor, memahami tantangan lokal, dan berjiwa sosial tinggi. Namun, cita-cita
besar itu hanya dapat diraih bila SBH diaktifkan kembali secara menyeluruh,
tidak hanya aktif saat event besar; Kepemimpinan SBH dikuatkan dengan
sistem, bukan bergantung pada figur; Program SBH terintegrasi dengan
sistem kesehatan nasional dan daerah, bukan berjalan sendiri-sendiri; serta
Dukungan nyata diberikan oleh Kementerian Kesehatan, pemerintah daerah, dan
Gerakan Pramuka sebagai mitra utama.
Menatap Masa Depan: SBH Harus Bagaimana?
Refleksi 40 tahun ini bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal dari lompatan baru. Saka Bakti Husada harus kembali menjadi kekuatan strategis dalam pembangunan kesehatan nasional, sekaligus ruang tumbuh bagi para calon pemimpin kesehatan bangsa. Selamat ulang tahun, SBH. Teruslah bertumbuh, berinovasi, dan berbakti. Untuk Indonesia yang lebih sehat, untuk generasi muda yang lebih peduli.
Di bawah ini kutipan inspiratif Menteri Kesehatan, dan beberapa tokoh nasional dan para senior SBH yang dapat menjadi inspirasi dan ajakan membangun SBH ke depan lebih maju dan berkembang.
"Saka Bakti Husada adalah mitra strategis
Kementerian Kesehatan dalam mendidik generasi muda menjadi pelopor hidup sehat.
Di usia ke-40 ini, saya berharap SBH semakin aktif di seluruh pelosok negeri
dan menjadi garda terdepan dalam gerakan promotif dan preventif kesehatan
masyarakat. Itulah peran yang sangat mulia dari lebih dari 32.000 anggota SBH
untuk dapat berperan aktif membina masyarakat, agar mereka dapat menyadari,
memahami, dan dapat melakukan hidup sehat untuk menjaga agar jangan sampai
mereka dan keluarganya jatuh sakit. SBH bukan sekadar simbol, tapi aktor nyata
yang menyentuh setiap tingkat masyarakat, dari keluarga hingga fasilitas
kesehatan seperti posyandu dan puskesmas. SBH diharapkan membantu mengedukasi
masyarakat — misalnya soal pola makan, olahraga, dan pemeriksaan rutin — agar
diri dan keluarga tetap sehat. Dengan jumlah lebih dari 32 ribu anggota, SBH
dilihat sebagai cadangan tenaga kesehatan yang dapat digerakkan saat bencana
atau situasi darurat. Menjadikan Anggota SBH Bagian dari Ketahanan Kesehatan
Nasional. Untuk itu, jajaran kesehatan untuk
terus mendorong agar SBH semakin dibina, dipertajam programnya, dan
diperkuat sinerginya sehingga benar-benar menjadi bagian tak terpisahkan dalam
sistem ketahanan kesehatan nasional. (Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, pernyataan
pada peringatan Hari SBH yang ke‑39 pada 17 Juli 2024)
"Gerakan Pramuka bukan hanya soal tali-temali dan baris-berbaris, tetapi juga tentang kepedulian sosial dan pengabdian kepada masyarakat. Saka Bakti Husada telah membuktikan bahwa Pramuka dapat menjadi agen perubahan di bidang kesehatan. Mari kita perkuat sinergi dan pembinaan untuk mencetak pemimpin kesehatan masa depan dari Pramuka." (Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka)
“Pramuka memiliki potensi besar untuk turut
memajukan pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia. Anggota Pramuka yang
berjumlah lebih dari 20 juta orang hendaknya didayagunakan sebagai agent of
change (agen perubahan) di kalangan kaum muda.” Kami berharap Pramuka Saka Bakti Husada (SBH) dapat
jadi kader kesehatan. Pramuka SBH sangat
potensial dalam pembangunan kesehatan, karena kelompok muda merupakan kelompok
usia dalam menerima dan mengolah informasi dengan cepat dan tanggap. Saya minta berbagai kecakapan khusus yang
terhimpun dalam krida‑krida dapat terus menerus diperbaharui menyesuaikan
dengan program dan kegiatan kesehatan yang sedang berjalan. Oleh karena itu,
pengurus di tingkat nasional dan daerah bersama pengelola program kesehatan
hendaknya dapat bekerja sama membina dan mengembangkan Saka Bakti Husada”
disampaikan pada Apel Siaga HUT SBH ke-32, 23 Juli 2017) (Prof. Dr.dr.
Nila A. Moeloek, SpM, Menteri Kesehatan RI periode 2014–2019)
Saka Bakti Husada adalah jembatan emas antara dunia kesehatan dan dunia kepanduan. Sejak awal dibentuk, SBH membawa semangat kolaborasi antara Kementerian Kesehatan dan Gerakan Pramuka, dengan satu tujuan mulia: membina generasi muda menjadi pelopor kesehatan di masyarakat." "Selama saya memimpin Kwarnas, saya melihat langsung bagaimana SBH menjadi motor penggerak perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah, desa, hingga kota. SBH membuktikan bahwa pendidikan kesehatan tidak hanya dapat dilakukan di kelas, tetapi melalui keteladanan dan aksi nyata para Pramuka muda. Ke depan, SBH perlu terus diperkuat, baik dari sisi pembinaan, dukungan kebijakan, maupun kaderisasi kepemimpinan. Sudah waktunya SBH tidak hanya menjadi wadah kegiatan, tetapi menjadi lembaga kaderisasi strategis untuk mencetak pemimpin sektor kesehatan di masa depan."
"Saya percaya, selama semangat bakti dan gotong
royong tetap dijaga, Saka Bakti Husada akan terus relevan, tumbuh, dan memberi
kontribusi besar bagi bangsa Indonesia."
“Tantangan SBH ke depan adalah memberikan keterampilan kepada adik‑adik yang mempunyai efek menciptakan lapangan pekerjaan (job creation) serta berpotensi menjadi bekal hidup (life skill). Bila saja SBH berhasil menciptakan lapangan pekerjaan, maka inilah sumbangan bagi masyarakat dalam mengatasi pengangguran. Galilah setiap krida dan kecakapan yang dapat dikembangkan menjadi job creation yang berpotensi menjadi life skill kelak.” (Prof. Dr. dr. Azrul Azwar, MPH, Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka 2003–2013 dan disampaikan sebelum wafat tgl 1 April 2014)
“Peranan pimpinan SBH mulai tingkat nasional hingga cabang di kabupaten/kota sangat strategis dalam memasukkan materi kesehatan dalam berbagai kegiatan kepramukaan. Kakak‑kakak sebagai pejabat dan pengelola program kesehatan tentu sangat peduli untuk menjadikan setiap orang dapat mampu hidup sehat. SBH sebagai bagian dari Gerakan Pramuka dan Kementerian Kesehatan, tentu dapat didayagunakan dalam menyebarluaskan pemahaman hidup sehat khususnya bagi kaum muda dan masyarakat umumnya.” kepemimpinan SBH di semua jenjang sangat krusial untuk memasukkan materi kesehatan ke setiap kegiatan Pramuka, menjadikan anak muda dan masyarakat lebih sadar akan pentingnya hidup sehat. SBH diharapkan tidak sekadar sebagai sarana edukasi, tetapi juga mampu mencetak keterampilan yang produktif—menghasilkan lapangan pekerjaan serta memberi bekal hidup bagi anggotanya (dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, Menteri Kesehatan RI & Ketua Majelis Pembimbing Nasional SBH, 2011-2014)
"Saka Bakti Husada adalah model pendidikan
karakter dan kesehatan yang sangat relevan dengan kebutuhan bangsa saat ini.
SBH membentuk generasi muda yang tidak hanya paham pentingnya hidup sehat, tapi
juga mampu menjadi agen perubahan di lingkungannya." "Saya melihat SBH memiliki posisi strategis
sebagai jembatan antara program kesehatan pemerintah dan komunitas, khususnya
generasi remaja. Tetapi agar dapat berdampak luas, SBH harus diperkuat dalam
tiga hal: kelembagaan, sumber daya kader, dan integrasi dengan sistem kesehatan
daerah."
"Kita harus menjadikan SBH sebagai bagian dari sistem pembangunan kesehatan yang berkelanjutan, bukan sekadar kegiatan ekstra kurikuler. Dengan digitalisasi, jejaring nasional, dan pelatihan yang terstandar, SBH dapat menjadi pusat pembelajaran kesehatan berbasis komunitas yang inovatif. "Saya optimistis, bila dikelola secara sistemik, SBH tidak hanya melahirkan kader kesehatan, tapi juga pemimpin-pemimpin kesehatan masa depan Indonesia yang peduli, tangguh, dan siap menghadapi tantangan zaman." (dr. I Gede Putu Wiadnyana, M.Kes, pendiri SBH dan pemerhati generasi muda)
"Empat puluh tahun bukan sekadar angka, tetapi cerminan dari komitmen, dedikasi, dan semangat pengabdian para anggota Saka Bakti Husada di seluruh Indonesia. SBH hadir bukan hanya untuk mengedukasi, tapi juga membentuk karakter generasi muda agar peduli pada kesehatan diri, keluarga, dan lingkungannya. Ke depan, tantangan kita semakin kompleks—dari isu stunting, penyakit tidak menular, hingga kesehatan mental dan perubahan iklim. Karena itu, SBH harus lebih adaptif, kolaboratif, dan inovatif. Perlu penguatan dari sisi struktur, kaderisasi, serta integrasi program dengan kebijakan kesehatan nasional dan daerah. Saya percaya, SBH memiliki potensi luar biasa untuk menjadi center of excellence kaderisasi pemimpin kesehatan masa depan. Tapi itu hanya mungkin jika kita terus memperkuat sinergi: Kementerian Kesehatan, Gerakan Pramuka, Dinas Kesehatan, UPT Kesehatan, sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat. Mari kita jaga semangat Bakti Husada, karena sehat adalah dasar kemajuan bangsa." (Dr. Kodrat Pramudho, Mabi Saka Bakti Husada Tingkat Nasional)